Rabu, 22 Juni 2016

Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Rangkuman Makalah Pembelajaran Inovatif II
Pembelajaran Penemuan Terbimbing




Dosen Pembimbing:
Lestariningsih, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
1.      Aizzatur Rohmah                          Nim: 1431009
2.      Mauidatul jannah                          Nim: 1431049
3.      Muhammad Zailan Novianto        Nim: 1431048
4.      Ristia Havadoh Ervina                  Nim: 1431069


STKIP PGRI SIDOARJO
Jalan Kemiri, Telp.(031) 8950181, Fax.(031) 8071354, Sidoarjo.
Website : http://stkippgri-sidoarjo.ac.id
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2016




Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Pengertian

Metode penemuan terbimbing merupakan kegiatan yang membutuhkan keterlibatan guru dalam proses pembelajaran, di mana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa berpikir untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan intensif guru.

Sejarah
Model penemuan merupakan model belajar yang dipopulerkan oleh Bruner. Model ini menghendaki keterlibatan aktif siswa dalam memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip, sedangkan guru mendorong siswa agar memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Cara ini sudah digunakan puluhan abad yang lalu dan Socrates dianggap sebagai pemula dalam penggunaan metode ini. Bruner  mengatakan bahwa penemuan adalah suatu proses, suatu cara, atau pendekatan pemecahan masalah, bukan hasil kerja.

Karateristik
Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan;
Berpusat pada siswa;
Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.


Prinsip-Prinsip
Metode penemuan terbimbing ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip
Metode pembelajaran penemuan merupakan suatu metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar.


Langkah-Langkah

1. Fase 1: pemberian rangsangan (stimulation)
Peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.
Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
Stimulasi pada fase ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.

2. Fase 2: identifikasi masalah (problem identification)
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk diajukan.

3. Fase 3: pengumpulan data (data collection)
Ketika eksplorasi berlangsung guru berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis
Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan data berbagai informasi hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).
Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pertanyaan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang relevan, membaca literature, mengamati objek, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

4. Fase 4: pengolahan data (data processing)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dari sumber-sumber informasi yang kemudian ditafsirkan.

5. Fase 5: pembuktian (verification)
Peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil pengolahan data.
Verifikasi Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpaidalam kehidupannya.

6. Fase 6: menarik kesimpulan (generalization)
Menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Berdasarkan hassil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari verifikasi.

LESSON STUDY

Rangkuman Makalah Pembelajaran Inovatif II
LESSON STUDY



Dosen Pembimbing:
Lestariningsih, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh:
1.    Abdul Khakim Kurniawan                    NIM: 1431001
2.    Ahmad Hariz M.                                    NIM: 1431006
3.    Cicinidia                                                 NIM: 1431021
4.    Indah Silvia Hadi                                   NIM: 1431040
5.    Ristia Havadoh E.                                  NIM: 1431069
6.    Rizky Yuniar Hakim                              NIM: 1431070

STKIP PGRI SIDOARJO
Jalan Kemiri, Telp.(031) 8950181, Fax.(031) 8071354, Sidoarjo.
Website :http://stkippgri-sidoarjo.ac.id
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2016




LESSON STUDY

Sejarah
Jika ditelusuri jejak sejarahnya, Lesson Study telah berkembang sejak abad 18 di negara Jepang. Konsep Lesson Study semakin berkembang pada tahun 1995 berkat kegiatan The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS). Di Indonesia, konsep Lesson Study berkembang melalui program Indonesia Mathematics and Science Teacher Education Project (IMSTEP) yang diimplementasikan sejak Oktober tahun 1998 di tiga IKIP, yaitu (1) IKIP Bandung (sekarang bernama Universitas Pendidikan Indonesia, UPI), (2) IKIP Yogyakarta (sekarang bernama Universitas Negeri Yogyakarta, UNY), dan (3) IKIP Malang (sekarang menjadi Universitas Negeri Malang) yang telah bekerja sama dengan JICA (Japan International Cooperation Agency). Perkembangan selanjutnya, Lesson Study tidak hanya dilaksanakan pada mata pelajaran MIPA, tetapi juga mata pelajaran lainnya.

Pengertian
Lesson Study bukan sebuah metode atau strategi pembelajaran tetapi serangkaian kegiatan pembelajaran yang dapat diterapkan di dalamnya berbagai metode atau strategi pembelajaran yang dianggap efektif dan sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan faktual yang dihadapi guru di dalam kelas, dan Lesson Study merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tak pernah berakhir (continuous improvement), alias inovasi yang tiada henti.

Karakteristik
Tujuan bersama untuk jangka panjang
Materi pelajaran yang penting
Studi tentang siswa secara cermat
Observasi pembelajaran secara langsung.

Prinsip-Prinsip
Diusahakan adanya kegiatan hands-on (kegiatan yang mengutamakan aktivitas psikomotorik) dan mind-on (kegiatan yang mengutamakan aktivitas otak) selama pembelajaran tersebut berlangsung
Pembelajaran diusahakan dapat menyentuh permasalahan yang berhubungan dengan hidupan sehari-hari siswa (daily life)
Perencanaan pembelajaran tersebut mencoba mengembangkan media pembelajaran yang berbasis local materials.

Siklus Kegiatan Lesson Study
Tahap Perencanaan, di dalam proses perencanaan ini para guru hendaknya mengkaji kurikulum, menentukan materi pembelajaran yang akan disajikan, menyusun indikator dan pengalaman belajar siswa, menentukan metode yang sesuai, menentukan urutan proses pembelajaran, menyusun LKS, dan menyusun evaluasi.
Tahap Pelaksanaan, tahap ini dimulai dengan memilih salah seorang peserta sebagai guru pengajar. Selanjutnya nanti, guru dapat ditunjuk secara bergantian agar semua pernah melaksanakan proses pembelajaran dengan diamati oleh guru yang lain. Agar pengamat dapat melakukan tugasnya dengan mudah, maka pengamat perlu membuat lembar observasi. Hasil pengamatan hendaknya ditulis secara akurat dan objektif.
Tahap Refleksi, refleksi dilakukan pada hari itu juga setelah selesai proses pembelajaran atau dapat dilakukan pada hari yang lain asalkan tersedia hasil rekaman video proses pembelajaran yang nantinya akan diputar terlebih dahulu sebelum dilakukannya proses refleksi. Hasil refleksi tersebut nantinya akan digunakan untuk perencanaan proses pembelajaran selanjutnya.

Keunggulan
Mengurangi keterasingan guru (dari komunitasnya) dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan perbaikannya
Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya
Memperdalam pemahaman guru tentang materi pembelajaran, cakupan, dan urutan kurikulum
Membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar peserta didik
Meningkatkan kolaborasi antar sesama guru dalam pembelajaran
Meningkatkan mutu guru dan mutu pembelajaran yang pada gilirannya berakibat pada peningkatan mutu lulusan
Memungkinkan guru memiliki banyak kesempatan untuk membuat bermakna ide-ide pendidikan dalam praktik pembelajarannya sehingga dapat mengubah perspektif tentang pembelajaran, dan belajar praktek pembelajaran dari perspektif peserta didik
Mempermudah guru berkonsultasi kepada pakar dalam hal pembelajaran atau kesulitan materi pelajaran
Memperbaiki praktek pembelajaran di kelas
Meningkatkan keterampilan menulis karya tulis ilmiah atau buku ajar.

Kelemahan
Kurangnya pemahaman dan komitmen guru mengenai apa, mengapa, dan bagaimana melaksanakannya
Kecenderungan guru yang kurang memiliki komitmen dan kesungguhan hati untuk melakukan yang terbaik, kurang memiliki sikap “mau belajar sepanjang hayat”, dan lebih tertarik melakukan sesuatu bila ada “biaya”nya.
Kurang terbiasa mengembangkan budaya saling belajar dan membelajarkan secara kolaboratif dan kurang biasa melakukan refleksi diri secara kritis.

PROJECT BASED LEARNING

Rangkuman Makalah Pembelajaran Inovatif II
STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
(PROJECT BASED LEARNING)




Dosen Pembimbing:
Lestariningsih, S.Pd., M.Pd.

  Oleh:

1     Ach. Suzaini                           NIM: 1431002
2.        Anggi Anggraeni                     NIM: 1431012
3.        Dwi Rizki Oktaviani                NIM: 1431029
4.        Resty Tirta Risani                    NIM: 1431067
5.        Veny Ifdinasari                        NIM: 1431084



STKIP PGRI SIDOARJO
Jalan Kemiri, Telp.(031) 8950181, Fax.(031) 8071354, Sidoarjo.
Website : http://stkippgri-sidoarjo.ac.id
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2016





PROJECT BASED LEARNING

Sejarah
Munculnya gagasan tentang metode pembelajaran berbasis proyek diawali dengan adanya metode problem-based learning. Problem-based learning dikembangkan pada akhir 1960-an untuk tujuan utama yakni digunakan untuk pelatihan dokter di Universitas McMaster di Ontario, Kanada. Kemudian penggunaan pendekatan problem-based learning mulai diadaptasi menjadi model project-based learning dalam pendidikan yang mencetak tenaga-tenaga praktisi.

Pengertian
Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL) merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata.

Karakteristik
Siswa membuat keputusan dan membuat langkah kerja
Terdapat masalah yang pemecahan masalahnya tidak ditemukan sebelumnya
Siswa merancang proses untuk menyancapai hasil
Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkanSiswa melakukan evaluasi secara kontinu
Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan
Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya
Kelas memiliki atmosfir yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan.
Prinsip-Prinsip
Prinsip Sentralistis (centrality)
Prinsip Pertanyaa Pendorong / Penuntun (driving question)
Prinsip Investigasi Konstruktif (constructive investigation)
Prinsip Otonomi (autonomy)
Prinsip Realistis (realism)

Kelebihan
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
Membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem – problem yang kompleks
Mendorong siswa untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi
Meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola sumber
Memberikan pengalaman pembelajaran dan praktik kepada siswa dalam mengorganisasi proyek
Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata
Melibatkan siswa untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian di implementasikan dengan dunia nyata
Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga siswa maupun guru menikmati proses pembelajaran.

Kekurangan
Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah
Membutuhkan biaya dan peralatan yang cukup banyak.
Banyak guru yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana guru memegang peran utama di kelas
Siswa yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan
Ada kemungkinan siswa yang kurang aktif dalam kerja kelompok
Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, di khawatirkan siswa tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.

Langkah-Langkah
Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question), pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.
Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project), perencanaan berisi tentang aturan main.
Menyusun Jadwal (Create a Schedule), guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek.
Memonitor siswa dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project), guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek.
Menguji Hasil (Assess the Outcome), penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience), siswa dan guru melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan.

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Rangkuman Makalah Pembelajaran Inovatif II
“Contextual Teaching and Learning (CTL)”



Dosen Pembimbing:
Lestariningsih, S.Pd., M.Pd.
Oleh:
1.    Citra Windihyanti F.             (1431022)
2.    Dewi Fatmawati                   (1431026)
3.    Lukmanul Hakim                  (1431044)
4.    Sigit Prasetiyo                       (1431075)
5.    Afifatuz Zakkiyah                 (1431090)

STKIP PGRI SIDOARJO
Jalan Kemiri, Telp.(031) 8950181, Fax.(031) 8071354, Sidoarjo.
Website : http://stkippgri-sidoarjo.ac.id
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2016


Contextual Teaching and Learning

Sejarah
Model pembelajaran kontekstual atau CTL telah jauh dikembangkan oleh ahli-ahli pendidikan dan bukan barang baru, salah satunya adalah John Dewey, seperti dikatakan Dewey bahwa model pembelajaran ini dikembangkannya pada tahun 1916, yang ia sebut dengan learning by doing ini era tahun 1916, kemudian tahun 1970-an konsep model pembelajaran kontekstual ini lebih dikenal dengan experiential learning, kemudian pada era tahun 1970-1980 lebih dikenal dengan applied learning, pada tahun 1990-an model kontekstual ini dikenal dengan school to work. Kemudian pada era tahun 2000-an, model kontekstual ini lebih efektif digunakan.

Pengertian
Model pembelajaran CTL adalah konsep pembelajaran yang melibatkan siswa untuk melihat makna di dalam materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Karakteristik
Dalam CTL pembelajaran merupakan proses mengaktifkan pengetahuan yang sudah ada
Pembelajaran CTL adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru
Pemahaman pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini
Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut
Melakukan refleksi strategi pengembangan pengetahuan.


Prinsip-Prinsip
Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental siswa
Membentuk  kelompok belajar yang saling tergantung
Mempertimbangkan diferensiasi (keragaman) siswa
Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri
Memperhatikan multi-intelegensi
Menerapkan penilaian autentik.


Keunggulan
Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna
Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik yang diajarkan.
Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
Menciptakan masyarakat belajar
Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran
Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
Melakukan penelian secara objektif.


Kelemahan
Bagi guru kelas, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami secara mendalam dan komprehensif tentang konsep pembelajaran dengan menggunakan CTL itu sendiri, pontensi individual siswa dikelas, sarana, media, alat bantu serta kelengkapan pembelajaran yang menunjang aktivitas siswa dalam belajar.
Bagi siswa diperlukan kemampuan tentang inisiatif dan kreatifitas dalam belajar, memiliki wawasan pengetahuan yang memadai dari setiap mata pelajaran, adanya perubahan sikap dalam menghadapi persoalan dan memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas.



Sintaks

QUANTUM LEARNING

Rangkuman Pembelajaran Inovatif II
METODE PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING




Dosen Pembimbing:
Lestariningsih, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
1.     Aisyah Diniyatul Hikmah       (1431007)
2.     Bhakti Dewi Prasidha             (1431018)
3.     Estu Yen Retno Asun              (1431032)
4.     Mochamad Hanafi W              (1431051)
5.     Umi Masruroh                        (1431083)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP PGRI SIDOARJO)
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
TAHUN AJARAN 2016



METODE PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING

Pengertian
Pembelajaran Quantum Learning merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang mengedepankan keaktifan, kebermaknaan serta suasana lingkungan yang menyenangkan.

Karakteristik
Pembelajaran Quantum Learning berpangkal pada psikologi kognitif
Pembelajaran Quantum Learning lebih bersifat humanis
Pembelajaran Quantum Learning lebih bersifat konstruktivistis
Pembelajaran Quantum Learning memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna
Pembelajaran Quantum Learning sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi
Pembelajaran Quantum Learning sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran
Pembelajaran Quantum Learning sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran
Pembelajaran Quantum Learning memiliki model yang memudahkan konteks dan isi pembelajaran
Pembelajaran Quantum Learning memusatkan perhatian pada pembentukan ketrampilan akademis, ketrampilan hidup dan prestasi fisikal atau material
Pembelajaran Quantum Learning menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran
Pembelajaran Quantum Learning mengutamakan keberagaman dan kebebasan
Pembelajaran Quantum Learning mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.


Prinsip-Prinsip
Segalanya Berbicara
Segalanya bertujuan
Pengalaman sebelum pemberian nama
Akui setiap usaha
Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.


Kelebihan
Dapat membimbing peserta didik kearah berfikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama
Karena Quantum Learning lebih melibatkan siswa, maka saat proses pembelajaran perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti
Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak
Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan
Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan dapatmencoba melakukannya sendiri
Karena model pembelajaran Quantum Learning membutuhkan kreativitas dari seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan siswa untuk belajar, maka secara tidak langsung guru terbiasa untuk berfikir kreatif setiap harinya
Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti oleh siswa.

Kekurangan
Model ini memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain
Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik
Karena dalam metode ini ada perayaan untuk menghormati usaha seseorang siswa baik berupa tepuk tangan, jentikan jari, nyanyian dll. Maka dapat mengganggu kelas lain
Banyak memakan waktu dalam hal persiapan
Model ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang hal itu, proses pembelajaran tidak akan efektif
Agar belajar dengan model pembelajaran ini mendapatkan hal yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran. Namun kadang-kadang ketelitian dan kesabaran itu diabaikan. Sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya.


Kerangka Rancangan Belajar Quantum Learning
Tumbuhkan, tumbuhkan minat dengan memasukan “Apakah Manfaatnya Bagiku” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar.
Alami, ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar.
Namai, sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi; sebuah “masukan”.
Demonstrasikan, sediakan kesempatan bagi para pelajar untuk “menunjukan bahwa mereka tahu”.
Ulangi, tunjukan kepada siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan, “aku tahu bahwa memang aku tahu ini”.
Rayakan, pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi dan pemerolehan ketrampilan dan ilmu pengetahuan.

Inkuiri

Rangkuman Makalah Pembelajaran Inovatif II
Metode Pembelajaran Inkuiri




Dosen Pembimbing:
Lestariningsih, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh:
1.      Ahmad Didit Chayono.                Nim: 1431005
2.      Anni’mah Manzila Putri              Nim: 1431014
3.      Imro’atus Sholichah                    Nim: 1431038
4.      M. Arya Setiawan Abadi             Nim: 1431054
5.      Nia Erlita Parastuti                      Nim: 1431056


STKIP PGRI SIDOARJO
Jalan Kemiri, Telp.(031) 8950181, Fax.(031) 8071354, Sidoarjo.
Website :http://stkippgri-sidoarjo.ac.id
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2016




Metode Pembelajaran Inkuiri

Sejarah
       Model inkuiri pertama kali dikembangkan oleh Richad Suchman pada tahun 1962 yang memandang hakikat belajar sebagai latihan berpikir melalui pertanyaan-pertanyaan.

Pengertian
Metode pembelajaran inkuiri adalah metode pembelajaran dimana siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses penemuan, penempatan siswa lebih banyak belajar sendiri serta mengembangkan keaktifan dalam memecahkan masalah.

Karakteristik
Jawaban yang dicari siswa tidak diketahui terlebih dahulu
Siswa berhasrat untuk menemukan pemecahan masalah
Suatu masalah ditemukan dengan pemecahan siswa sendiri
Hipotesis dirumuskan oleh siswa untuk membimbing percobaan atau eksperimen.
Para siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data dengan mengumpulkan data, mengadakan pengamatan, membaca atau menggunakan sumber lain
Siswa melakukan penelitian secara individu atau berkelompok untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesis tersebut
Siswa mengolah data sehingga mereka sampai pada kesimpulan.

Prinsip-Prinsip
Berorientasi pada pengembangan intelektual
Prinsip interaksi
Prinsip bertanya
Prinsip belajar untuk berpikir
Prinsip keterbukaan.

Kelebihan
Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berfikir sebab ia berfikir dan menggunakan kemampuan untuk hasil akhir
Perkembangan cara berfikir ilmiah, seperti menggali pertanyaan, mencari jawaban, dan menyimpulkan / memperoses keterangan dengan metode inkuiri dapat dikembangkan seluas-luasnya
Dapat melatih anak untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat mengembangkan pendidikan demokrasi.

Kelemahan
Belajar mengajar dengan metode inkuiri memerlukan kecerdasarn anak yang tinggi. Bila anak kurang cerdas, hasilnya kurang efektif
Metode inkuri kurang cocok pada anak yang usianya terlalu muda, misalnya anak SD.

Langkah-Langkah
Orientasi, langkah ini untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif sehingga dapat merangsang dan mengajak untuk berpikir memecahkan masalah.
Merumuskan masalah, langkah ini membawa siswa pada persoalan yang mengaandung teka-teki.
Mengajukan hipotesis, langkah ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan permasalahan yang telah diberikan.
Mengumpulkan data, aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotessis  myang diajukan.
Menguji hipotesis, proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Merumuskan kesimpulan, proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.