Jumat, 15 April 2016

Metode Saintifik 15 Maret 2016

TUGAS
MAKALAH PEMBELAJARAN INOVATIF II
MATERI SAINTIFIK

Dosen Pembimbing
Lestariningsih, S.Pd., M.Pd.

Nama Kelompok 1 :
1. Aisyah Diniyatul Hikmah (1431007)
2. Bhakti Dewi Prasidha (1431018)
3. Estu Yen Retno Asun (1431032)
              4. Mochamad Hanafi Wicaksono (1431051)
  5. Renie Miftakhul Janah (1431066)
                                    6. Umi Masruroh (1431083)

STKIP PGRI SIDOARJO
PRODI MATEMATIKA 2014 – A












A.    SEJARAH METODE SCIENTIFIC
     Metode scientificpertama kali diperkenalkan ke ilmu pendidikan Amerika pada akhir abadke-19, sebagai penekanan pada metode laboratorium formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah (Hudson, 1996; Rudolph, 2005). Metode scientific ini memiliki karakteristik “doingscience”. Metode ini memudahkan guru atau pengembang kurikulum untuk memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan memecah proses ke dalam langkah-langkah atau tahapan-tahapan secara terperinci yang memuat instruksi untuk siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran (Maria Varelas and Michael Ford, 2008: 31). Hal inilah yang menjadi dasar dari pengembangan kurikulum 2013 di Indonesia.

B.     PENGERTIAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Pendekatan Saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi tersendiri  bahwa pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, menalar, mencoba/mencipta, menyajikan/mengkomunikasikan. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengkoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.




C.    DEFINISI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami  berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber  melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
     Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.

D.    KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:
1)      Berpusat pada siswa.
2)      Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
3)      Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
4)      Dapatmengembangkan karakter siswa.

E.     TUJUAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:
1)      Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
2)      Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
3)      Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
4)      Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5)      Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
6)      Untuk mengembangkan karakter siswa.

F.     PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Beberapa prinsip  pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: 
1)      Pembelajaran berpusat pada siswa.
2)      Pembelajaran membentuk students’ self concept.
3)      Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
4)      Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.
5)      Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
6)      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.


G.    KELEBIHAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Kelebihan Pendekatan Saintifik adalah :
1.      Membuat guru memiliki keterampilan membuat RPP, dan menerapkan pendekatan saintifik secara benar.
2.      Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
3.      Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

H.    KEKURANGAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Kekurangan Pendekatan Saintifik adalah :
1.      Konsep pendekatan saintifik masih belum dipahami, apalagi tentang metode pembelajaran yang kurang aplikatif disampaikan.
2.      Membutuhkan waktu pembelajaran yang lebih lama untuk mewujudkan semua tahapan-tahapan yang ada pada pendekatan saintifik.

I.       LANGKAH-LANGKAH UMUM  PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.


Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan saintifik  dalam pembelajaran disajikan  sebagai berikut:
1.      Mengamati (observing)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor  81a, hendaklah  guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
2.      Menanya (Questioning)
Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan, pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah  mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang diharapkan dalam menanya adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Mengumpulkan Informasi Kegiatan “mengumpulkan informasi”  merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan  dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan  melalui eksperimen,  membaca sumber lain selain buku teks,  mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Kompetensi yang diharapkan adalah  mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
3.      Menalar (Associating)
Kegiatan “mengasosiasi/mengolah informasi/menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013, adalah memproses  informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan  informasi tersebut. Kompetensi yang diharapkan adalah  mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.  Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori.
Menarik kesimpulan  Kegiatan menyimpulkan  dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan  mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau  secara individual membuat kesimpulan.
4.      Mencoba (Experimenting)
Mencoba (experimenting) dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah:
(1)   Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum;
(2)   Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan;
(3)   Mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil- hasil eksperimen sebelumnya;
(4)   Melakukan dan mengamati percobaan;
(5)   Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;
(6)   Menarik simpulan atas hasil percobaan; dan
(7)   Membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka:
(1)   Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid,
(2)   Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan,
(3)   Perlu memperhitungkan tempat dan waktu,
(4)   Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid,
(5)   Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan eksperimen,
(6)   Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan
(7)   Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga tahapan eksperimen atau mencoba dimaksud dijelaskan berikut ini.
a.      Persiapan
Menentapkan tujuan eksperimen  Mempersiapkan alat atau bahan  Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta didikserta alat atau bahan yang tersedia. Di sini guru perlu menimbang apakah peserta didik akan melaksanakan eksperimen atau mencoba secara serentak atau dibagi menjadi beberapa kelompok secara paralel atau bergiliran  Memertimbangkan masalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindari risiko yang mungkin timbul Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapa- tahapan yang harus dilakukan peserta didik, termasuk hal-hal yang dilarang atau membahayakan.(Buku Pelatihan Implementasi Kurikulum: 208).


b.      Pelaksanaan
Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut membimbing dan mengamati proses percobaan. Di sini guru harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu berhasil dengan baik. Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya memperhatikan situasi secara keseluruhan, termasuk membantu mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.
c.       Tindak lanjut
Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru. Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik. Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil eksperimen. Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen. Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan alat yang digunakan.
5.      Mengkomunikasikan (Networking)
Pada pendekatan scientific, guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.


J.      PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN
Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Kegiatan pendahuluan, bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir. Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar siswa yang belum paham suatu konsep dapat memahami konsep tersebut, sedangkan siswa yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat dihilangkan.
Kegiatan inti, merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience) siswa. Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka.
Kegiatan penutup, ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa.

K.    PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIKPADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII SMP MATERI PECAHAN
Scientific Mathematic merupakan proyek Eropa yang melibatkkan kerjasamainterdisiplinary antara matematika dan ilmu pengetahuan. Hal ini bertujuan untukmengembangkan pembelajaran ke arah belajar yang komprehensif dan multidimensionalmengenai isi dan konsep matematika. Ide dasarnya adalah untuk mendorong pembelajaranmatematika dalam konteks ilmiah dan kegiatan siswa (Beckmann, 2009: 9). Kemudiandisebutkan bahwa pendekatan ini mengaitkan antara matematika dengan ilmu pengetahuan,sehingga siswa akan mempelajari matematika dengan cara yang menarik. Belajar denganberkegiatan akan berkontribusi terhadap pemahaman intuitif matematika siswa. Dengan kata lain, belajar matematika yang baik adalah mengalami atau berkegiatan.
Pada pembelajaran matematika, langkah – langkah pendekatan scientific ini terdiri daripengumpulan data dari percobaan, pengembangan dan peyelidikan suatu model matematikadalam bentuk representasi yang berbeda, dan refleksi (Beckmann et al, 2009: 9). Pendekatanscientific pada kurikulum 2013 yang diterapkan di Indonesia menjabarkan langkah-langkahpembelajaran tersebut menjadi lima, yaitu: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2013).

L. CONTOH PENGGUNAAN 5M DARI PEMBELAJARAN SAINTIFIK KEDALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
       Kita ambil salah satu materi yang ada dalam pembelajaran matematika yakni materi mengenai jaring-jaring kubus. Sebelumnya dalam proses belajar mengajar tersebut, kita bisa membagi peserta didik menjadi 5 kelompok dan kita berinama kelompok A B C D dan E. Setelah itu kita bagikan masing-masing kelompok 2 buah kubus yang sama. Dan kita meminta mereka untuk menggunting ruas-ruas garis pada sisi kubus tersebut tapi, jangan sampai ruas-ruas garis itu putus.
     Berikut ini contoh penggunaan 5M pada proses belajar mengajar tersebut
1. Mengamati
    Dalam proses ini mereka akan mengamati kira-kira jika mereka menggunting ruas-ruas garis pada sisi kubus yang berdekatan maka akan terbentuk suatu bangun datar.



2. Menanya                                                                
     Masing-masing anggota akan memberi pendapat ruas-ruas garis pada sisi yang mana yang akan terlebih dahulu digunting. Sementara guru hanya memberi pengarahan saja.
3. Mencoba
     Setelah itu mereka akan mulai mencoba menggunting ruas-ruas garis dari sisi yang telah mereka sepakati, misalnya dari sisi bagian alas.
4. Mengolah
    Setelah semua sisi di gunting membentuk jaring, kemudian mereka mencoba merangkai atau menyatukan kembali ruas-ruas garis berdasarkan lipatan yang masih terlihat tersebut, apakah akan membentuk suatu kubus kembali ? Jika ia, maka jaring-jaring yang mereka hasilkan merupakan salah satu jaring-jaring kubus.
5. Mempresentasikan
    Setelah kegiatan diatas selesai, maka mereka akan mempresentasikan hasil atau bentuk jaring-jaring kubus yang mereka hasilkan. Dan tiap-tiap kelompok akan mempresentasikan hasilnya juga. Sehingga akan di dapat jaring-jaring kubus yang berbeda.
    Itulah salah satu contoh penerapan saintifik dalam pembelajaran matematika.













DAFTAR PUSTAKA
Beckmann, A et al. 2009. The ScienceMath Project. Germany: The ScienceMath-Group.
Bell, F.H. 1978. Teaching and Learning Mathematics. Iowa:WBC
Hodson, D. (1996). Laboratory work as scientific method: Three decades of confusion and
distortion. Journal of Curriculum Studies, 28(2), 115-135.
Kemdikbud. 2013. Kompetensi Dasar Matematika SMP/MTs. Jakarta :Kemdikbud
Kemdikbud. 2013. Pendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran . Jakarta: Pusbangprodik.
PPPPTK-SB Yogyakarta, (2013), Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Pengawas Sekolah, Penerbit Kementerian Pendidikan dan Kerbudayaan RI, Jakarta 2013
PPPPTK SB Yogyakarta. 2013. “Pendekatan & Startegi pembelajaran” Bahan Ajar Diklat Calon Fasilitator TOT IN 2 Implementasi Kurikulum 2013 bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Lampiran IV ,Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81a Tahun 2013, Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum



kekurangan kelebihan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar