Orchestra
kelas.
“dengan hanya memberikan
intruksi langsung (penyampaian pembelajaran)saja ingatan audien akan menurun
dengan cepat;tetapi dengan menambahkan peralatan pendukung dalam ruangan, maka
akan membantu memudahkan dalam mengingat subyek spesifik, selain itu ingatan
juga bertahan lama” Eric Jensen
Potret keberadaan guru terus dipajang dalam fenomena
perubahan paradigma. Kesederhanaan kehidupan si Oemar Bakri mulai
dipertanyakan. Guru tidak lagi identik dengan sepeda tua, tas hitam dari
plastic, seragam lusuh. Tapi telah terwujud guru-guru dengan tatapan tegak
penuh keyakinan. Sepeda tua telah tergantikan. Seragam dekil telah musnah. Kini
telah terlahir guru professional. Guru yang lengkap dengan empat kompetisi; kompetisi
akademik, kompetisi paedagogik, kompetisi social, dan kompetisi kepribadian.
Guru-guru yang telah tersertifikasi.
Keprofesionalan guru tetaplah diukur
dari tugas guru. Seorang guru yang mampu mengorkestra kelas, mempunyai
persiapan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dengan multi metode,
multimedia, dan mampu memberikan penilaian yang lebih akurat. Uniknya kadang
ada interprestai terbalik. Guru professional adalah guru yang gajinya dua kali
lipat . guru aktif mengikuti berbagi kegiatan pengembangan karena ingin gaji.
Lebi parah lagi, jika setelah tersertifikasi dengan penambahan kesejahteraan
maka tugas pokok terabaikan.
Profesionalisme guru diharapkan akan
memberikan pencerahan dunia pendidikan. Anak-anak akan terlayani
pembelajarannya dengan optimal. Guru-guru memahami gaya belajar anak. Guru-guru
mengerti berbagai kecerdasan masing-masing murid. Guru yang mau berbagai dengan
muridnya. Jika demikian, bangsa ini menjadi cerdas sesuai dengan
karakteristiknya.
Apakah
yang mamapu kita lihat, kita dengarkan, dan kitarasakan ketika pertunjuk
orchestra beraksi ? betapa perpaduan bunyi dan gerak serta warna menghasilkan
sebuah estetika pertunjukan. Berbagai alat music melahirkan sebuah irama.
Alat-alat itu mampu menghasilkan warna suara yang khas. Tapi, pasti terlintas
bahwa dalam pertunjukan itu ada seorang diregen. Tanpa diregen alat music itu
berbunyi tanpa irama yang jelas. Pertunjukan itu tidak berhasil. Diregen
pembelajaran adalah guru. Bahkan, guru juga merangkap perlengkapan, piñata
panggung, piñata pencahayaan dan sebagainya. Guru juga seorang instruktur
pertujukan itu.
Bruce
joyce (2009) merujuk Gagne menegaskan bahwa fungsi struktur adalah
menyediakan kondisi-kondisi yang akan menambah kemungkinan siswa memiliki
performent khusus dan berciri khas. Salah satu kondisi pendukung pembelajaran
adalah kelas. Kelas adalah tempat pelaksanaan proses pembelajaran yang paling
sering digunakan. Kelas adalah panggung pertunjukan. Semua siswa dan guru
terlibat dalam konteks belajar dalam
kelas. Tentu saja guru adalah sutradara sekaligus actor. Guru harus mampu menciptakan
scenario dan setting pertunjukan pembelajaran. Bahkan guru harus mampu juga
merancang dan menyiapkan segenap property pembelajaran. Sungguh sebuah
pertunjukan yang memuakkan ketika kelas tampak begitu lelah dan membosankan.
Apalagi jika konteks pertunjukan pembelajaran itu tampat begitu rutin.
Pertunjukan pembelajaran berlangsung tanpa kejutan emosi. Hasilnya siswa merasa
jenuh dan hambar dalam kelas. Emosi siswa tertuju kapan pertunjukan ini akan
berakhir.
Layaknya sebuah pertunjukan, kelas
harus mampu menghasilkan sebuah estetika. Kelas terasa mempesona siapa saja
yang berada didalamnya. Kelas demikian pasti akan membuat betah para siswa.
Kelas menjadi tanpa pesona tentu saja buah dari creator sutradara sekaligus
aktornya guru. Guru hanyalah orator tunggal tanpa sentuhan multi komunikasi.
Guru tak ubahnya majikan yang memberikan sejumlah perintah. Suara guru monoton.
Guru tampak lelah tanpa energy. Guru tidak memanfaatkan panggung kelas secara
optimal. Kelas tanpa warna apalagi ilustrasi music. Kadang guru adalah
eksekutor baik dan buruk, benar dan salah. Guru hanya menawarkan sejumlah
sanksi tanpa reward. Estetika kelas tak ubahnya menjadi pengadilan atau ruang
interogasi.
Faktor yang paling menentukan terciptanya orchestra
pembelajaran adalah mind set dan
kemauan guru. Mind set guru merupakan
pondasi utama terciptanya pesona kelas. Motivasi guru memberikan energy pada
kinerja. Bawah sadar guru sudah mengatakan bahwa saya akan mengorkestra
pembelajaran. Bawah sadar itu akan membimbing dan memotivasi energy guru untuk
terus mengaktualkan diri. Motivasi guru itu menciptakan kualitas pembelajaran.
Kualitas pembelajaran akan terlihat dari beberapa indicator diantaranya :
1.
Kemampuan guru membuat perencanaan pembelajaran.
2.
Kemampuan melaksanakan pembelajaran.
3.
Sekaligus mengorkestra pembelajaran.
4.
Kemampuan melaksanakan evaluasi.
5.
Kemampuan dan kemauan untuk mengembangkan diri.
Kemauan guru faktor penentu terciptanya orchestra
pembelajaran. Kemauan ituakan melahirkan dorongan untuk berbuat. Guru akan
terus berkreasi. Kreativitas itu tidak hanya terkait pada materi pembelajaran,
tetapi menckaup penyajian dan kondisi-kondisi pendukung pembelajaran. Guru akan
berusaha mendesainpembelajaran berdasarkan referensi-referensi terkait pembelajaran.
Pembelajaran akan bernuansa sntak-sintak pembelajaran aktif. Bernagai referensi
terkait pembelajran seperti ; konstruktivisme, psikologi kognitif,
behaviorisme, CTL, PAIKEM, mastery larning, standar proses, standard penilaian
dan sebagainya akan terimplementasikan.
Orchestra pembelajaran yang menarik terindikasi sebagai
berikut. Perlunya penataan setting kelas. Penyertaan property
pertunjuka.perlunya music pendukung. Guru sebagai sutradara sekaligus actor.
Siswa mampu memegang peran dalam dalam konteks pembelajaran. Suasana
pembelajaran terasa indah dan gembira. Pembelajaran memunculkan kesan mendalam
diri siswa. Hasil pembelajaran dapat masuk dalam tataran bawah sadar (Sub Conscious Mind) siswa. Novian (2010)
menyatakan dengan mengopyimalkan bawah sadar maka akan meningkatkan kecerdasan
yang luar biasa. Itulah harapan sebuah orchestra pembelajaran yang
menghipnotis.
Pembelajaran yang menghipnotis tak lepas dari lingkungan.
Eric Jensen (2008) menyatakan bahwa lingkungan yang mempengaruhi prmbrlajaran
terdiri atas: opsi pengaturan tempat duduk, alat bantu manipulative, music,
pilihan warna, tanaman, aroma, pencahayaan, ionisasi (sirkulasi), objek-objek
konkret. Meskipun sekolah tidak mampu mencukupi semuanya, paling tidak
indicator-indikator setting dan property ini dipahami oleh guru. Pergeseran
tempat dududk membuat siswa tidak bosan melihat blocking kelasnya. Kalupun
tempat duduknya berat, guru dapat mengubah posisi siswa. Perubahan posisi ini
akan merangsang otak untuk lebih aktif.
Kemampuan sutradara kelas menghadirkan alat bantu
manipulative sangat membantu otak siswa untuk dapat belajar optimal. Gambar
hidup yang konkret merupakan alat paling baik memasukkan informasi. Pendapat
itu berdasarkan beberapa kesimpulan sejumlah ilmuwan neurologi yaitu :
1.
Otak punya bias atensi untuk hal-hal yang sangat kontras dan
baru.
2.
Sembilan puluh persen (90%) dari masukan sensori otak adalah
sumber visual.
3.
Otak mempunyai respons yang segera dan primitive terhadap
symbol, ikon, dan gambar sederhana lain.
Keberadaan
ICT tidak boleh dikesampingkan. Guru diharapkan paham teknologi. Ketersediaan
berbagai bahan pembelajran baik lewat internet mauoun realitas lingkungan pada
dasarnyadapat dimanipulasi di hadapan siswa. Penggunaan camera digital dalam
konteks tertentu dapat digunakan guru untuk property pertunjukan pembelajaran.
Lengkapi kelas kita dengan karya seni, poster, atau mural. Bahkan kalau perlu
foto kelas dan film. Kondisi ini menunjukkan bahwa prinsip-prinsip verbal (talk only) belum mencukupi untuk
mengoptimalkan belajar.
Tentu saja sebuah estetika pesona
kelas perlu adanya music. Penggunaan music dalam pembelajaran dapat
meningkatkan kemampuan memori, kognisi, konsentrasi, dan kreativitas. Saat
pembelajaran berlangsung guru dapat menggunakan musik pengiring. Tentu saja
sutradara harus memahami kapan musik itu dimunculkan, jenis musik dsb. Kalau perlu
libatkan siswa dalam memilih musik. Memang perlu diingat pula berhati-hatilah
dalam menggunakan musik, terlau banyak musik akan membuat kurang indahnya
pesona kelas. Bagaimanapun juga keberanian memunculkan musik dalam pembelajaran
tertentu mengurangi dominasi ceramah guru.
Energy wrna dalam setting
pertunjukan selain mampu membangkitkan gairah emosijuga menghasilkan efek
estetis. Demikian juga warna-warna yang perlu ada dalam kelas kita. Pilihan
warna ini dapat terkait dengan dinding-dinding kelas, gambar, papan tulis, alat
tulis ataupun pajangan-pajangan kelas. Pembelajaran akan lebih optimal jika
kita memilih diantara warna kuning, oranye muda, cokelat muda, atau semu putih.
Warna-warna tersebut mampu menstimulasi perasaan positif. Walker dalam Eric
Jansen (2008).
Masyarakat sering menanam berbagai
jenis bunga di dalam ruang. Selain menambah keindahan tanaman dapat menyegarkan
lingkungan. Menghadirkan tanaman di dalam kelas tentu akan mendapatkan manfaat
yang sama. Kesegaran ruang kelas sebagai tempat pembelajaran menciptakan lingkungan
yang bersahabat dengan otak para pembelajar. Wolverton dalam Jansen
menyatakan bahwa Para Ilmuwan di NASA telah menemukan bahwa penggunaan tanaman
dapat menciptakan pembelajaran dan lingkungan berfikir yang lebih baik
(ibid:102) kondisi serupa dapat kita aplikasikan dalam kelas.
Aroma di kelas dapat meningkatkan
kondisi otak siswa dalam belajar. Penelitian menunjukan bahwa aroma pepermin,
kemangi, lemon, kayu manis, daun rosemary, dapat meningkatkan kesiagaan mental,
sementara aroma bunga lavender, mawar, dan aroma jeruk dapat meningkatkan efek
relaksasi. (ibid:106). Tampaknya agar kelas menjadi mempesona tidak hanya
melibatkan indera mata. Tetapi penciuman siswa juga hanya mendapatkan nutrisi
agar syaraf otak dapat bekerja dengan optimal.
Panggung pembelajaran tentu akan
lebih optimal dengam pencahayaan yang cukup. Siswa akan merasakan kedamaian
dengan pencahayaan yang tampak redup. Adanya ventilasi yang cukup selain
mengoptimalkan sirkulasi udara juga mampu memberikan pencahayaan optimal.
Bagaimana dengan ruang kelas ber-AC ? Terkait pencahayaan kelas demikian harus
dilengkapi dengan lampu yang menghasilkan cahaya lembut dan alami. Cahaya yang
terang membuat pembelajar menjadi resah dan gelisah, sementara cahaya mampu
memberikan ketenangan. (ibid:97)
Panggung pertunjukan pembelajaran
sudah tersedia. Tentu sajapesona pertunjukan kelas belum sempurna kalau guru
belum menjadi actor. Sebagai seorang aktortentu saja bagaimana guru mampu
menguasai bloking di depan kelas. Mobilitas guru sangat membantu mental belajar
siswa. Tinggalkan tempat duduk di pojok ruang kelas. Mobilitas guru mengisi
sudut-sudut ruang kelas sangat membantu terciptanya sebuah pertunjukan
pembelajaran yang optimal. Selain itu pengolahan suara guru, nada-nada monoton
tanpa gairah tentu saja sangat tidak menarik siswa. Lalu optimaslisasi makeup dan kostum guru. Tampilan segar
dengan kerapian akan menambah gairah siswa menjalin komunikasi dengan guru. Tak
lupa gerak tubuh (gesture) dan smile.
Paparan di atas hanya pada setting
panggung, property, dan pelaku orchestra. Pertunjukan sesungguhnya dapat
terlihat dari beberapa hal misalnya :
1.
Kompetisi guru dalam memilihstrategi pembelajaran.
2.
Perkenalan guru dengan gaya belajar.
3.
Pemahaman guru tentang multiple intelegensi.
4.
Motivasi belajar siswa.
5.
Jeda pembelajaran.
6.
Manfaat humor.
7.
Relaksasi.
8.
Menghipnosis pembelajaran.
9.
Mengemas berbagai orchestra pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar